RABU SERU: Berani Bermimpi, Berani Bercita-cita Sejak Dini
Jakarta, 11 Juni 2025 – RABU SERU: Berani Bermimpi, Berani Bercita-cita Sejak Dini, merupakan puncak rangkaian acara yang diselenggarakan oleh JARAK, PAACLA dan PKPA (Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak), berkolaborasi dengan pemerintah, organisasi masyarakat sipil dan sektor swasta. Didukung oleh ECLT Foundation,Terre des Hommes, International Labour Organization (ILO), dan ECPAT Indonesia serta mendapat partisipasi aktif dari IPRO beserta mitranya seperti Garudafood, Danone, Indofood, Fonterra, Mondelez, dan L’OREAL, di Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat, pada Rabu (11/6).
Acara yang ditujukan untuk menyemarakkan Hari Dunia Menentang Pekerja Anak 2025 ini berlangsung seru dan semarak. Ketika memasuki lokasi acara, kita bisa melihat pohon harapan yang telah dituliskan beragam cita-cita dan harapan dari anak. Tampak beragam profesi seperti polisi, tentara, guru, pengacara dan masih banyak lagi cita-cita dan harapan lainnya yang pada pohon harapan tersebut.
Rabu Seru tidak hanya dihadiri oleh para pengiat isu perlindungan anak dari segala bentuk eksploitasi–terutama praktik pekerja anak, tetapi juga perwakilan para pemangku kepentingan kunci di tingkat nasional dan daerah, serta perwakilan anak yang menyampaikan aspirasinya secara langsung kepada para pemangku kepentingan. Dalam acara tersebut perwakilan anak dari organisasi dampingan juga menampilkan minat dan bakatnya di berbagai bidang seni.
Rangkaian kegiatan ini diharapkan dapat menjadi pengingat kita semua, bahwa masih banyak anak-anak di sekitar kita yang terpaksa bekerja dan dipekerjakan, alih-alih menempuh pendidikan dan mempersiapkan masa depannya. Pentingnya kesadaran akan tantangan pemenuhan hak dan perlindungan anak dari segala bentuk eksploitasi ini sejatinya merupakan upaya untuk mendukung agenda global tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) target 8.7 dimana setiap negara diharapkan dapat mengambil langkah-langkah yang segera dan efektif untuk memberantas kerja paksa, mengakhiri perbudakan modern dan perdagangan manusia, serta menjamin larangan dan penghapusan bentuk-bentuk terburuk dari pekerja anak, termasuk perekrutan dan penggunaan tentara anak, dan pada tahun 2025 mengakhiri pekerja anak dalam segala bentuknya.
Di acara ini penyelenggara mengundang Gesyha dari Forum Anak Desa Kesilir Jember, Jawa Timur yang juga merupakan organisasi dampingan JARAK, serta Anjani, perwakilan dari CAC (Komite Penasihat Anak) yang merupakan kelompok dampingan PKPA. Anjani mewakili teman-teman sebayanya yang masih berada pada situasi pekerja anak turut menyampaikan keresahan dan harapannya kepada orang dewasa dan pemerintah “Melalui acara Hari Dunia Menentang Pekerja Anak–Menentang Pekerja Anak, kami ingin mengajak orang tua, guru, dan pemerintah untuk bersama-sama menghentikan praktik pekerja anak. Biarkan kami tumbuh sesuai usia kami, berikan kami kesempatan untuk belajar dan bermimpi”, tutur Anjani.
Seperti yang disampaikan Anjani, upaya penghapusan pekerja anak ini penting dan mendesak untuk dilakukan karena hingga saat ini angka pekerja anak di dunia, termasuk di Indonesia, masih cukup tinggi. Direktur PKPA, Keumala Dewi juga menyampaikan bahwa semangat yang diusung dalam kegiatan tahunan ini tidak terbatas pada penampilan dan euforia semata, tetapi lebih kepada memberikan ruang kepada kelompok anak untuk secara langsung menyampaikan pesan advokasi mereka kepada pemangku kebijakan.
“CAC–Child Advisor Committee, merupakan anak dampingan PKPA yang merupakan perwakilan dari pekerja anak yang ada di kota Medan dan Deli Serdang. Mereka mampu menyusun dan mengembangkan pesan advokasi mereka sendiri kepada pemerintah, untuk mendesain, mereview, memperbaiki kebijakan perlindungan anak yang menyentuh isu pekerja anak” tambah Ibu Keumala Dewi, Direktur PKPA.
Beti MC, Direktur Eksekutif JARAK Indonesia dalam kesempatan ini turut menyoroti seputar segmentasi lokasi dimana pekerja anak ditemukan di berbagai wilayah, serta dorongan untuk kolaborasi dengan berbagai sektor.
“Kolaborasinya bisa kita dorong lebih kuat, terlebih disini juga sudah ada ILO dan kelompok anak yang bisa menjangkau hingga 30 desa dan sudah teredukasi, serta bisa melakukan advokasi untuk mencegah teman-temannya menjadi pekerja anak” tutur Ibu Betty MC, Direktur Eksekutif Jarak Indonesia. Hal ini disampaikan untuk merespons segera jumlah pekerja anak yang naik berdasarkan Sakernas 2024, yaitu 1, 27 juta, naik dibandingkan tahun sebelumnya.
Perwakilan pemerintah, Direktur Bina Pemeriksaan Norma Ketenagakerjaan, Kemnaker, Rinalidi Umar juga menyampaikan bahwa misi dan upaya yang dilakukan oleh Jarak, PKPA dan jaringan organisasi masyarakat sipil seyogyanya adalah sama, yaitu Indonesia bebas dari pekerja anak.
“Mimpi kita bersama sebenarnya sama, tidak ada lagi pekerja anak di Indonesia, bahkan tidak ada lagi istilahnya pekerja anak. Anak-anak itu tugasnya adalah belajar, masanya anak-anak adalah untuk belajar dan berlatih. Jadi kalau misalnya dia harus bekerja, itu dia belajar untuk bekerja. Bukan bekerja untuk mendapatkan sesuatu.”
Ketua KPAI, Ai Maryati menyampaikan upaya penghapusan pekerja anak ini menjadi tantangan karena dipengaruhi oleh faktor budaya dan berkaitan dengan pendataan.
“Selama ini praktiknya selalu disebut pekerjaan informal, faktor budaya, atau pelibatan dalam lingkungan sosial. Dari observasi di lapangan, diketahui bahwa praktiknya ada, namun ketika dicek oleh pengawas, datanya tidak ada.”
Panitia juga menyelenggarakan pameran karya anak dan penampilan tari dari dampingan YKAI, drama dari organisasi dampingan PKPA, dongeng dari perwakilan JSM, serta akustik jalanan persembahan dari anak eRBe.
Acara ditutup dengan pernyataan dukungan untuk menanggulangi pekerja anak di lembar pemetaan pekerja anak yang dilakukan JARAK, PKPA dan ECPAT Indonesia.
Dengan demikian lengkap sudah seluruh rangkaian acara dalam Hari Dunia Menentang Pekerja Anak 2025, mari percepat upaya untuk penghapusan segala bentuk pekerja anak. Semoga acara ini bisa menjadi pengingat untuk pemenuhan hak anak agar cita-cita yang telah mereka tuliskan dalam pohon harapan bisa terwujud.
Tidak ada komentar: