Header Ads

Breaking News
recent

Bergelut dengan Sampah Berbuah Pengetahuan

Sampah, untuk sebagian orang memang dianggap tidak berguna bahkan banyak yang melihat sampah sebagai sesuatu yang menjijikkan, tapi tidak berlaku untuk pasangan suami istri Bapak Sani dan Ibu Sutarti beserta pemulung yang ada di komunitas pengelola sampah Bangkit Mandiri di Kota Surabaya. Sampahlah yang membuat mereka menggantungkan mata pencaharian sehingga dapat bertahan hidup. Mereka bergelut dengan sampah, mendapatkan penghasilan dan memenuhi kebutuhan hidup keluarga mereka. Lebih menakjubkan lagi, ternyata bergelut dengan sampah tidak hanya bisa menghasilkan uang tetapi juga bisa menimba pengetahuan dan menambah wawasan bagi mereka, loh, kok bisa?

Ya, tentu bisa, komunitas yang hidup dengan mengumpulkan sampah juga bisa mendapatkan pengetahuan yang berguna dan bermanfaat bagi mereka. Hal itulah yang dialami oleh sebanyak 62 orang yang berasal dari empat komunitas di Surabaya, Gresik, Sampang dan Bangkalan. Mereka merupakan bagian dari rantai pasok sampah plastik yang berasal dari kolektor kecil yang biasa disebut L1dan berlokasi di Surabaya dan Sampang, dan kelompok peserta berikutnya berasal dari kelompok kolektor besar yang biasa disebut CC dan berlokasi di Gresik dan Bangkalan.

Berkat kolaborasi apik yang terbangun antara JARAK (Jaringan LSM untuk Penanggulangan Pekerja Anak) bersama dengan YPCII (Yayasan Pembangunan Citra Insan Indonesia) melalui dukungan PT. VEOLIA dan IPRO (Indonesia Packaging Recovery Organization) perusahaan yang bergerak pada pengelolaan sampah plastik, terlaksana pelatihan peningkatan pengetahuan dan kesadaran dalam penanggulangan pekerja anak. Kegiatan ini terlaksana melalui program Packaging and Recycling Association for Sustainable Environment (PRAISE). Pelatihan ini dilaksanakan sebagai upaya untuk membangun kesadaran para pemilik Kolektor Besar (CC), Kolektor Kecil (L1) dan Pemulung (waste picker). Harapannya melalui kegiatan ini dapat mendorong peningkatan kesadaran (awareness raising) untuk tidak mempekerjakan anak dan mengembangkan sistem penanganan kasus dan memperkuat peran dalam menanggulangi pekerja anak di rantai pasok sampah plastik.

Semua peserta mengikuti proses pelatihan ini dengan serius tapi santai sesuai metode yang digunakan fasilitator dari JARAK yaitu metode pembelajaran orang dewasa (andragogi) dengan banyak melakukan diskusi kelompok, brainstorming dan roleplay (bermain peran). Selain itu ada keseruan keseruan yang muncul disela sela pelatihan ada peserta ibu - ibu yang minta izin sebentar untuk pulang ke rumah mengangkat jemuran karena tiba tiba turun hujan. Seorang ibu izin ikut belajar sambil menggendong dan menyuapi anaknya makan, ada peserta yang didampingi cucunya karena tidak bisa membaca dan menulis, bahkan ada juga peserta yang harus di dampingi oleh fasilitator untuk menjawab lembar pertanyaan karena tidak bisa membaca. Begitulah keseruan-keseruan selama proses pelatihan yang dilakukan langsung di komunitas pengelola sampah plastik kemarin.
Lantas, pengetahuan dan pengalaman apa yang diperoleh para peserta selama pelatihan?

Banyak sekali pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh peserta selama mengikuti pelatihan ini. Beberapa materi yang disampaikan dan dibahas antara lain: pemahaman tentang manajemen pelatihan, hak anak, definisi pekerja anak dan bukan pekerja anak, peran dan fungsi keluarga. Peserta juga diajak berproses bersama dengan berdiskusi dan bermimpi harapan orangtua kepada anak-anak mereka, serta merancang bersama apa yang harus dilakukan untuk mewujudkan mimpi - mimpi tersebut. Sesi akhir mengajak para peserta menyusun rencana tindak lanjut, aksi apa yang akan dilakukan setelah mengikuti pelatihan ini. Keseluruhan proses ini ingin mengajak peserta aktif, jadi bukan hanya fasilitator yang berperan, tetapi mereka juga turut terlibat.

Harapan yang ingin dicapai setelah mengikuti proses pelatihan adalah para peserta baik karyawan, pemilik CC dan lapak, pengumpul sampah/pemulung (waste picker), memiliki kesadaran baru untuk tidak mempekerjakan anak (di bawah 18 tahun) dalam kegiatan pengelolaan sampah di rantai pasok sampah plastik.

Peserta pelatihan yang mayoritas orang-orang tua dengan latar belakang pendidikan sekolah dasar (SD), tidak menyurutkan semangat mereka untuk belajar bersama dan menimba informasi yang sebelumnya belum pernah mereka dapatkan. Aktivitas keseharian yang hanya bergelut dengan sampah tidak menjadikan alasan mereka engga untuk belajar (lagi).

Sampah yang selama ini hanya menjadi sumber mata pencaharian bagi mereka ternyata bisa menjadi sumber untuk belajar dan meningkatkan wawasan. Belajar dari sampah untuk mengubah perilaku dan menjadikan sikap baru untuk diterapkan dalam kehidupan sehari hari baik di lingkungan tempat bekerja maupun di dalam keluarga.

Langkah JARAK menggandeng banyak pihak adalah bagian dari kontribusi penanggulangan pekerja anak (PA) di Indonesia khususnya di sektor pengelolaan sampah plastik. (by.opik)

(Catatan dari : Pelatihan peningkatan pengetahuan dalam penanggulangan pekerja anak di Rantai Pasok sampah plastik di Gresik, Surabaya, Bangkalan dan Sampang kerjasama JARAK-VEOLIA)

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.