Header Ads

Breaking News
recent

“Pendidikan” Solusi Terbaik Untuk Penghapusan Pekerja Anak

Catatan Singkat : Hasil Monitoring JARAK dan VEOLIA

“Saya sebenernya kepingin anak saya melanjutkan kuliah sampai lulus S1 dulu tapi kok baru selesai D3 malah buru - buru nikah, pagi wisuda siang langsung nikah, padahal saya sudah nabung siapin uang buat dia lanjutin kuliahnya”. Demikian curhatan Ibu Sutarti dan Bapak Sani di tengah - tengah perbincangan kami pada saat melakukan kunjungan dalam rangka monitoring di kediaman beliau berdua sebagai pemilik kolektor kecil (L1) Bangkit Mandiri yang berlokasi di wilayah Bangkingan Kota Surabaya. Tempat yang ditinggali ini sekaligus sebagai tempat yang dijadikan penampungan sampah - sampah yang diambil sendiri maupun disetorkan oleh para pemulung yang berjumlah sekitar kurang lebih 30 orang atau juga diambil dari bank sampah di 7 titik. Monitoring yang dilakukan oleh JARAK dan VEOLIA ini adalah sebagai tindak lanjut dari kegiatan pelatihan program aksi penanggulangan pekerja anak di rantai pasok sampah plastik melalui program Packaging and Recycling Association for Sustainable Environment (PRAISE) yang sudah dilaksanakan sebelumnya di tempat yang sama dan diikuti sekitar 20 org dari total 30 orang karyawan maupun pemulung yang terlibat di dalam usaha pengelolaan sampah Bangkit Mandiri Surabaya ini.
(Gambar 1 : Ibu Sutarti dan Bapak Sani sedang bercerita dengan tim monitoring)

Hampir mirip dengan cerita dari Ibu Sutarti dan Bapak Sani, pada saat tim JARAK dan VEOLIA melakukan kunjungan monitoring ke kolektor besar (collection center/ CC) UD Riski Jaya plastik di dusun Legundi Krikilan Kab Gresik. Pada saat berdiskusi dengan para karyawan dan menanyakan tentang tindak lanjut dari pelatihan yang pernah diikuti terkait pemahaman tentang hak anak dan pekerja anak, apakah ada diantara teman - teman yang sudah melakukan praktik pencegahan pekerja anak baik di lingkungan tempat kerja maupun di lingkungan tempat tinggal atau keluarga. Salah satu karyawan yang bernama Bapak Yaski bercerita bahwa salah satu terman mereka yang bernama Bapak Abi pernah curhat tentang anaknya yang saat ini masih bersekolah dan duduk di kelas 2 SMA punya keinginan untuk berhenti sekolah dan memilih untuk bekerja dengan alasan bahwa dia ingin membantu orangtuanya. Dari curhatan itu kemudian Pak Yaski mengingatkan supaya Pak Abi tidak mengizinkan atau melarang keinginan anaknya itu untuk berhenti sekolah dan lebih memilih bekerja karena menurut Pak Yaski seperti informasi yang sudah diterima pada saat mengikuti pelatihan bersama JARAK bahwa anak belum boleh bekerja dan orangtua tidak boleh mempekerjakan anak oleh karena itu Pak Yaski menyarankan supaya Pak Abi tetap menyuruh anaknya tetap bersekolah. Hal ini juga mendapat dukungan dari Ibu Sofiyah sebagai pemilik dari CC UD Riski Jaya Plastik yang juga salah satu mitra dampingan dari Veolia beliau menyarankan supaya Pak Abi menasehati anaknya supaya menyelesaikan dulu pendidikannya baru kemudian bekerja karena di tempat usaha ini juga tidak bisa mempekerjakan anak. Dari nasehat Pak Yaski dan Ibu Sofi akhrinya Pak Abi menasehati anaknya supaya tetap melajutkan sekolahnya dulu nanti setelah lulus baru mencari pekerjaan untuk membantu perekonomian keluarga sehingga akhirnya saat ini anaknya masih tetap berekolah begitu menurut cerita yang disampaikan kepada tim JARAK dan VEOLIA.
(Gambar 2 : Pak Abi (paling kiri) dan Pak Yaski (no 2 dari kiri) pada saat mengikuti pertemuan dalam rangka monitoring di UD Riski Jaya di Gresik bersana karyawan lain dan pemilik usaha)

Kondisi yang sangat bertolak belakang juga ditemukan pada saat tim monev melakukan kunjungan di bekas TPS Lowokdoro yang juga menjadi dampingan program. Sahri dan Aan adalah kakak beradik yang sehari - hari ikut orangtuanya bekerja di bekas TPS Lowokdoro, sebenarnya Sahri dan Aan masih tercatat sebagai siswa dari SD Negeri Kebon Sari 3 Malang, Sahri sang kakak tercatat sebagai siswa kelas 4 sedangkan adiknya Aan kelas 1. Seharusnya di tahun ajaran baru ini Sahri sudah tercatat sebagai siswa kelas 5 sedangkan Aan siswa kelas 2 akan tetapi karena mereka sudah beberapa bulan ini tidak mengikuti kegiatan pembelajaran bahkan ujian kenaikan kelas di Sekolah sehingga sampai saat ini posisinya belum jelas apakah naik kelas atau tidak karena belum ada nilai hasil ujian akhir semester di raportnya. Saat ini melalui pendampingan yang dilakukan sedang diupayakan agar permasalahan sahri dapat dicarikan solusi sehingga dapat kembali bersekolah.

Cerita lainnya adalah pengalaman pribadi dari salah satu karyawan di CC milik Pak Ridwan yang bernama Pak Anshori yang menceritakan berdasarkan pengalaman pribadinya semasa kecil yang pernah menjadi pekerja anak. Pak Anshori sejak kecil sudah ditinggalkan oleh ayahnya karena meninggal dunia sebagai anak laki satu - satunya dari 6 bersaudara yang semuanya adalah perempuan membuat Pak Anshori harus ikut membantu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya, Pak Anshori ikut bekerja serabutan membantu orang - orang dewasa yang sehari - hari bekerja sebagai kuli bangunan di sekitar rumahnya. Meskipun bekerja Pak Anshori pada waktu kecil masih tetap melakukan kewajibannya bersekolah sampai tamat SMA. Setelah tamat SMA Pak Anshori memutuskan untuk hijrah ke Jakarta dan bekerja disana selama 7 tahun. Setelah itu Pak Anshori memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya di Bangkalan bekerja di tempat Pak Ridwan.

Dari cerita - cerita diatas berdasarkan temuan tim monitoring selama melakukan kunjungan dan pengamatan di lapangan dapat disimpulkan memang pendidikan menjadi salah satu faktor yang sangat berpengaruh bagi masa depan anak dan ini menjadi salah satu upaya untuk penanggulangan pekerja anak di Indonesia. Karena ketika anak mendapatkan pendidikan yang layak dan bisa menjalaninya dengan baik tentunya akan sangat mempengaruhi masa depannya kelak. Akan tetapi satu hal dan yang penting juga untuk diingat adalah bahwa anak juga membutuhkan dukungan dan motivasi dari orang - orang terdekatnya dalam hal ini tentu adalah orangtuanya. Ketika anak mendapatkan dukungan dan motivasi dari orangtuanya tentu anak akan menjalankan pendidikan dengan penuh semangat agar cita - cita yang diinginkan dapat tercapai. Melalui pemenuhan hak pendidikan yang baik bagi anak - anak diharapkan dapat menjadi salah satu solusi dalam upaya penghapusan pekerja anak di Indonesia. Apaalgi jika orangtua memahami bahwa pendidikan yang baik bagi anak merupakan satu hal yang penting untuk masa depan mereka meskipun pekerjaan mereka hanya seorang karyawan yang sehari - hari bekerja di tempat pengelolaan sampah. Saat ini program wajib belajar 12 tahun sudah dicanangkan sebagai salah satu program nasional Pemerintah Indonesia yang dalam implementasinya perlu didukung oleh semua pihak. Harapannya, langkah ini dapat menciptakan generasi yang unggul dengan masa depan yang lebih baik.

Kontributor: Rachmat Taufik

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.