Header Ads

Breaking News
recent

Mengecek Pekerja Anak di Tempat Pengolahan Sampah

Ada atau tidak adanya pekerja anak tidak hanya dibuktikan dengan data. Jika angka-angka tidak menunjukkan adanya anak terlibat dalam pekerjaan, bagaimana cara efektif membuktikannya? Monitoring.

Kali ini JARAK bersama YPCII mengagendakan monitoring pekerja anak di tempat pembuangan sampah akhir untuk wilayah Kabupaten Bangkalan dan Gresik, Jawa Timur. Lokasi ini dipilih karena berdekatan dengan titik keberadaan collection center/ CC. JARAK ini memastikan bahwa rantai pasok sampah plastik yang menjadi ekosistem bisnis sebuah industri pengolahan botol plastik telah terbebas dari pelibatan anak.

Berdasarkan monitoring sebelumnya, memang tidak ditemukan anak-anak di lingkungan lapak atau pengepul, termasuk melihat sampai lokasi CC. Para pekerja dan termasuk pengelola (manajamen) telah mendapatkan pelatihan dan diberi pemahaman tentang larangan mempekerjakan anak di sektor bisnis ini.

TPA Desa Batonaong, Arosbaya
Observasi hari pertama dilakukan di TPA Bangkalan, lokasi yang menurut informasi baru ditempati selama dua bulan terakhir ini memang sangat sederhana, menempati lahan kosong di seputaran lingkungan warga. Lokasi ini menjadi TPA sementara karena memang belum ada lahan khusus yang diperuntukan sebagai TPA. Bangkalan sendiri sempat mengalami darurat sampah karena ditutupnya TPA yang mengakibatkan tidak terangkutnya sampah masyarakat.

Saat tim monitoring di lokasi nampak sekelompok pemulung dewasa yang kebanyakan perempuan sedang mencari sampah plastik, kertas dan material lainnya (kabel, kaleng, jenis lainnya). Ada sekitar tiga puluhan orang yang giat mencari berbagai sampah yang masih mempunyai nilai jual. Menurut para pemulung, tidak ada anak-anak yang mengambil sampah, tidak tampak juga anak-anak saat pengamatan dilakukan. Cuaca yang terik, sangat menyengat membuat badan mudah lelah. Para pemulung mendirikan tenda berbahan kain-kain sederhana sebagai tempat berlindung karena TPA ini jauh dari rumah warga dan tidak ada bangunan di sekelilingnya.

Kondisi TPA yang terbuka, membuat sampah-sampah kering beterbangan dan membuat pemandangan tidak nyaman karena di beberapa titik terdapat kumpulan sampah-sampah dari pemulung.

Tempat Pengolah Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS3R)
Selain melihat secara langsung TPA sementara, ada tiga TPS3R yang dipantau untuk melihat apakah ada yang melibatkan anak. Menurut pendamping YPCII ada 7 TPS3R yang ada di Bangkalan, semuanya dikelola oleh komunitas. Keberadaan TPS3R ini sangat membantu warga karena mampu memberi layanan pengambilan sampah dan masih melakukan proses pemilahan sampah sebelum akhirnya dibawa ke TPA.

Monitoring dan dialog dengan para pengelola TPS dilakukan untuk mendapatkan informasi pengelolaan sampah selama ini. Pada ketiga tempat ini tidak ditemukan pekerja anak karena semua pekerja masuk dalam kategori dewasa. Keberadaan TPS3R ini penting karena belum terjadi pemilahan sampah di masyarakat. Walau pun beberapa tempat sudah mempunyai tempat sampah terpilah, nyatanya masih sering sampah tercampur dan masih membutuhkan pemilahan setelah pengangkutan. Tiga TPS3R yang dipantau adalah Tretan Cendagah (Arosbaya), Mlajah Berjaya (Mlajah), Pejagan Berseri (Pejagan) yang sudah beroperasi sejak 2020 dengan dukungan Dinas Lingkungan Hidup setempat.

Pengolahan sampah di TPA Ngipik, Gresik
Tiba di lokasi TPA Ngipik, JARAK diterima pengelola dan pendamping YPCII dan melihat beberapa area di sana. Pertama, melihat gunungan sampah yang sudah dua puluh tahun dan masih menunjukkan adanya potongan sampah plastik. Warna area ini kelabu dan berdebu. Selanjutnya titik penerimaan sampah baru di mana truk pengangkut datang bergantian dan menurunkan muatan. Di wilayah ini nampak beberapa alat berat beroperasi. Walau di lokasi sudah terpampang larangan masuk bagi pemulung, nyatanya masih ditemui beberapa orang yang mengambil sampah di sana. Ditemui oleh pengelola TPA dan JARAK, seorang pemulung mengatakan sudah cukup lama mengambil sampah di sini. Rupanya TPA ini masih potensial untuknya mendapatkan barang-barang yang masih bisa dijual.

Tidak nampak pemulung perempuan di lokasi dan jumlah yang dilihat juga tidak banyak. Dialog dengan Pak Fajar, pemulung, mendapatkan informasi bahwa ada lokasi dekat TPA yang menjadi titik kumpul para pemulung, semuanya berjumlah kurang lebih 55 orang dan kategorinya dewasa. TPA Ngipik ini termasuk komplit dalam pengolahan sampah karena mampu menghasilkan briket sampah dan berguna sebagai bahan bakar bagi pelaku UMKM. Tidak hanya itu, sampah organik yang diolah juga menghasilkan kompos yang hasilnya dipergunakan lagi bagi taman-taman yang dikelolan Dinas Lingkungan Hidup. Terdapat green house yang dimanfaatkan untuk menanam aneka sayur dan buah, juga banyak varians bunga dan tanaman obat. Sampah juga menghasilkan biogas walau saat ini pemanfaatannya belum optimal karena baru disalurkan untuk kebutuhan terbatas di lokasi TPA.

Pemanfaatan sampah di TPA Ngipik dapat menjadi pola bagi daerah-daerah lain untuk mengolah sampah menjadi lebih bernilai. Sampah yang tak terkelola memang hanya menjadi gunungan sampah saja, akan tetapi dengan pemikiran daur ulang dan inovasi, sampah masih sangat potensil didaur ulang untuk menjadi produk yang berkelanjutan.

Kontributor: mcb

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.