Header Ads

Breaking News
recent

Mencari Solusi Temuan Pekerja Anak di Wonosobo

Paska proses pendatan pekerja anak dilakukan oleh para kader Desa Pulosaren, hasilnya dipaparkan dalam Diseminasi Hasil Identifikasi dihadapan dinas terkait pada 10 Januari 2024. Kegiatan yang dipimpin oleh Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, Didiek Wibawanto mendengarkan paparan JARAK dan menerima tanggapan para peserta.

Temuan pekerja anak yang menjadi sorotan Direktur Eksekutif JARAK, Maria Clara Bastiani adalah terdatanya sejumlah anak yang menjadi pekerja rumah tangga. Hal ini diangkat oleh JARAK mengingat kondisi bekerja anak-anak sudah lintas daerah dan berada dalam situasi pekerjaan yang masuk dalam kategori bentuk-bentuk pekerjaan terburuk anak, di mana PRT Anak menjadi sektor yang harus segera ditangani. Kader desa yang hadir juga menyampaikan bahwa ada juga calo yang berusaha mengajak anak bekerja di seputaran Magelang dan Yogya.

Wilayah desa yang produktif di sektor pertanian membuat temuan anak-anak bekerja di pertanian menunjukkan angka yang dominan. Data anak yang dikumpulkan para kader mampu memperlihatkan kondisi anak-anak bekerja mulai dari usia awal bekerja, alat kerja, upah, jam kerja dan beberapa informasi kunci yang dapat dijadikan pemetaan kebutuhan penanganan pekerja anak.

Tanggapan pertama dari pihak kecamatan menyampaikan alas an anak tidak tertarik melanjutkan pendidikan disebabkan motivasi yang rendah, jarak sekolah yang jauh, serta tidak ada dukungan dari keluarga yang dari sejak dahulu tidak melek pendidikan.

Kondisi rendahnya anak-anak melanjutkan Pendidikan juga disampaikan Harjanto, Bappeda di mana program Mayo Sekolah yang diharapkan bisa mengembalikan anak tidak sekolah, belum diakses dan belum mencapai kuota tahun lalu. Pendataan yang telah dilakukan ini baik sebagai sumber perencanaan sumber daya manusia karena dapat mengetahui kebutuhan pendidikan yang sesuai dengan kondisi wilayah. Usulan pendidikan kesetaraan dikembangkan di wilayah Pulosaren dan pondok pesantren dapat mengembangkan pendidikan formal diutarakan sebagai solusi dari permasalahan yang ditemukan.

Merespons temuan pekerja anak ini, DPPPKBPPPA menyampaikan bahwa permasalahan anak lainnya yang juga masih tinggi adalah perkawinan anak. Hal ini menjadi perhatian serius mengingat sudah banyak program yang dilakukan, termasuk pelibatan Puspaga untuk memberikan layanan parenting, tetapi belum menurunkan permasalahan di desa.

Diseminasi hasil identifikasi ini selain menyampaikan hasil pendataan juga ditujukan untuk mencari solusi dan melihat program atau layanan yang bisa diakses anak. DP3AP2KB Prov. Jateng yang turut hadir menyampaikan permasalahan kultur harus diselesaikan karena menjadi penyebab yang terus menerus. Temuan pekerja anak ini juga harus ditanggapi oleh dinas terkait dan sesuai dengan konsultasi dengan Kemnaker, pekerja anak di sektor non formal juga menjadi ranah pengawasan.

Diskusi yang aktif karena semua peserta memberikan respons dan informasi yang bisa dijadikan solusi penanganan pekerja anak. Termasuk rencana Provinsi Jawa Tengah yang sudah melihat kebutuhan untuk melakukan piloting untuk menangani permasalahan anak ini di lima kabupaten dengan angka anak tidak sekolahnya tinggi. Temuan Desa Pulosaren dapat menjadi penguat justifikasi untuk segera dilakukan piloting di Wonosobo pada tahun ini. Hal ini disampaikan kepada para peserta dari dinas untuk mengusulkan karena tepat waktunya merancang kegiatan tahun 2024. (mcb)

Tidak ada komentar:

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.